Pengaruh Filosofi, Sosial dan Histori Sebagai Fondasi Pendidikan Di Indonesia
Oleh
Aman Jefri Mensana Simamora
PENDAHULUAN
Pendidikan hak setiap manusia tanpa memandang ras, suku, bahasa, bangsa, budaya maupun perbedaan kemampuan. Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending proces), sehingga dapat mengahasilkan kualitas yang berkesinambungan, yang ditujukan pada perwujudan sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa serta pancasila. Soyumukti (2015:22) mengatakan bahwa pendidikan adalah hidup, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan ssepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup uang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan seumur hidup bermakna bahwa pendidikan adalah bagian dari kehidupan sendiri. Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pendidikan menjadi sarana untuk meningkatkan potensi diri bangsa agar mampu berkiprah dalam dunia global sebagai investasi mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Iskandar, 2021). Pendidikan yang diterapkan harus memerdekakan, yang terinspirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. Menurut beliau pendidikan merdeka itu berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya budi pekerti (rasa, fikiran, rokh) dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan jangan disertai dengan perintah dan paksaan.
Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Budaya berasal dari kata Bodhya yang berarti budi dan akal. Budaya juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan manusia berdasarkan pemikiran dan akal, yang meliputi cinta dan rasa. Jadi, sosial budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan kehendaknya dalam kehidupan bermasyarakat. (Berry, 1995) Pendidikan merupakan sebuah bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Pendidikan ada karena adanya suatu sistem masyarakat yang berperan di dalamnya, maka pendidikan dan masyarakat itu memiliki hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. (Bungin, 2007). Filosofi dapat juga diterapkan dalam pendidikan karena perumusan-perumusan tujuan- tujuan pendidikan, penggunaan metode-metode, alat-alat dan teknik-teknik, dan dengan demikian filosofi mengkaji persoalan-persoalan pendidikan. Berbicara pendidikan berarti berbicara tentang masa lampau, saat ini dan masa depan. Pendidikan tidak hanya dipandang kegiatan investasi untuk masa depan, namun harus berbicara sampai sejauh mana mampu memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian permasalahan kekiniaan. Masa lampau menjadi pondasi dasar untuk pijakan bagi pengembangan selanjutnya. Sehingga dengan istilah lain dasar pengembangan pendidikan berpijak pada akar historis, akar filosofis, akar sosiologis dan akar psikologis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) karena sumber datanya berdasar dari buku-buku dan dokumen-dokumen tertulis lainnya. Untuk keperluan tersebut penulis menggunakan beberapa sumber kepustakaan, dalam hal ini penulis berusaha mengumpulkan data yang berkenaan Pengaruh Filosofi, Sosial dan Histori Sebagai
Fondasi Pendidikan Di Indonesia Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yaitu menggunakan latar belakang untuk menafsirkan permasalahan yang terjadi. Analisi data yang digunakan dengan menggunakan diskriptif analisis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.
- FILOSOFI PENDIDIKAN
Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran filsafat. Filosofi pendidikan berdasar pada filosofi formal karena kebanyakan dari masalah-masalah pokok pendidikan pada hakikatnya, persoalan-persoalan filosofis. Kita tidak dapat mengkritik cita-cita dan kebijakan-kebijakan pendidikan atau mengusulkan cita-cita dan kebijakan-kebijakan pendidikan yang baru tanpa mempertimbangkan persoalan-persoalan filosofis secara umum seperti hakikat kehidupan yang baik, kemana pendidikan harus diarahkan, hakikat masyarakat, karena pendidikan adalah suatu proses sosial, dan hakikat realita yang ultim (terakhir), yang semua pengetahuan berusaha untuk menembusnya. Maka filosofi pendidikan, memerlukan penerapan filosofi terhadap bidang pendidikan. Seperti halnya filosofi umum, filosofi pendidikan adalah spekulatif, preskriptif, dan kritis atau analitik.
Imam Barnadib (1994) mengartikan filosofi pendidikan sebagai penerapan suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Ide penerapan filosofi terhadap pendidikan terhadap pendidikan tidak berarti bahwa ada kesepakatan mengenai bagaimana filosofi diterapkan, dan juga apa yang diterapkan. Filsafat dapat diterapkan dengan menerapkan jawaban-jawaban yang telah diberikan oleh para filsuf terhadap berbagai persoalan pendidikan atau yang ada hubungannya dengan pendidikan.
- SOSIAL PENDIDIKAN
Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Budaya berasal dari kata Bodhya yang berarti budi dan akal. Budaya juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan manusia berdasarkan pemikiran dan akal, yang meliputi cinta dan rasa. Jadi, sosial budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan kehendaknya dalam kehidupan bermasyarakat. (Berry, 1995) Pendidikan merupakan sebuah bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Pendidikan ada karena adanya suatu sistem masyarakat yang berperan di dalamnya, maka pendidikan dan masyarakat itu memiliki hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan.
(Bungin, 2007) Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang berakibat buruk bagi dunia pendidikan, berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan (Fatah, 2005): Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan adalah dapat meningkatkan taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut. Sedangkan dampak negatif dari suatu teknologi yang begitu pesat telah membawa banyak pengaruh budaya luar dan dapat merasuk pada kehidupan dan cara hidup. Siaran televisi dan akses internet yang sudah biasa dilakukan di mana saja, menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk mengantisipasinya, jika tidak siap terhadap perubahan tersebut, maka siapapun akan tergusur, namun jika tidak maka para pegiat pendidikan senantiasa berinovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi perubahan tersebut, dengan menggunakan fasilitas teknologi tersebut.
- HISTORIS PENDIDIKAN
Landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau. Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan peradaban manusia, berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan pendidikan. Ini sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang pendidikan (Dwi Siswoyo, 2008: 15).
Indonesia telah mengalami perubahan Pendidikan perkembangan dari masa ke masa, mulai dari masa penjajahan kolonial belanda hingga saat ini. Bagi pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menjadi kiblat bagi para guru sebagai sosok yang diteladani. Ki Hajar Dewantara mengatakan pendidikan sebagai tuntunan, yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid. Sejarah pendidikan di indonesia pada masa lampu sampai dengan sekarang memberikan kita gambaran bahwa alam bentuk apapun pendidikan itu tetaplah penting untuk membentuk karakter pribadi kita walaupun system penerapannya berbeda-beda tetapi pendidikan memiliki kesamaan tujuan.
KESIMPULAN
Pendidikan hak setiap manusia tanpa memandang ras, suku, bahasa, bangsa, budaya maupun perbedaan kemampuan. Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending proces), sehingga dapat mengahasilkan kualitas yang berkesinambungan, yang ditujukan pada perwujudan sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa serta pancasila. Landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau. Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini.
Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. filosofi pendidikan sebagai penerapan suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Ide penerapan filosofi terhadap pendidikan terhadap pendidikan tidak berarti bahwa ada kesepakatan mengenai bagaimana filosofi diterapkan, dan juga apa yang diterapkan. Filsafat dapat diterapkan dengan menerapkan jawaban-jawaban yang telah diberikan oleh para filsuf terhadap berbagai persoalan pendidikan atau yang ada hubungannya dengan pendidikan. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang berakibat buruk bagi dunia pendidikan, berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan.
Dengan memperhatikan landasan filosopi pendidikan, aspek sosial, dan historis pendidikan dapat menghasilkan suatu sistem pendidikan di indonesia yang baik dan dapart pengembangan potensi kemanusiaan untuk meningkatkan derajat martabat manusia ke arah yang lebih tinggi. Studi tentang pengaruh filosofi, sosial, dan sejarah dalam penerapan pendidikan profil pelajar Pancasila di sekolah menunjukkan bahwa filsafat Pancasila memiliki peran penting dalam pengembangan pendidikan nasional dan pembentukan karakter. Profil pelajar Pancasila bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan fokus pada pembentukan karakter peserta didik. Nilai-nilai seperti beriman, bertaqwa, gotong royong, dan kreativitas menjadi fokus dalam penerapan profil pelajar Pancasila. Selain itu, pembelajaran kontekstual dan pembelajaran sejarah berbasis kebhinekaan juga dianggap relevan dalam menguatkan profil pelajar Pancasila. Dengan demikian, penerapan profil pelajar Pancasila di sekolah melalui berbagai kegiatan pembelajaran diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, D. (1995). Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Bungin, B. (2007). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Dwi Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.
Fatah, R. A. (2005). Ilmu dan Teknologi Dalam Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Imam Barnadib . 1994. Filsafat pendidikan : sistem dan Metode. Yogyakarta : Penerbit Andi
Offset.
Iskandar, D. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Report Text Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas IX.A SMP Negeri 1 Sape Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia (JPPI). 1(2): 123–140.
Ki Hadjar Dewantara. (2013). Pemikiran, Konsepsi, Keteladana, Sikap Merdeka bagian I Pendidikan. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST-Press) bekerjasama dengan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa
Soyomukti, N. (2015) Teori-teori Pendidikan: Tradisional, (Neo)liberal , Marxis-sosialis, Postmodern. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.